Berbeda dengan asumsi APBN 2024 yang menargetkan perkembangan sebesar 5,2%, Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia memperkirakan perkembangan ekonomi Indonesia dapat sedikit melambat di kisaran 4,9%-5% pada 2024.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal didalam CORE Economic Outlook 2024, di Jakarta, Selasa (12/12/2023) memaparkan faktor-faktor yang berpotensi menghindar laju perkembangan tersebut.

Di segi eksternal, melemahnya perkembangan ekonomi China sebagai mitra dagang utama Indonesia, dapat berarti berpengaruh pada perkembangan ekonomi Indonesia.

Pada 2024 diperkirakan krisis properti di China masih dapat berlanjut. Sementara 25%-30% PDB negara tirai bambu ini ditopang oleh sektor properti.

Faktor berarti lainnya adalah berlanjutnya tren penurunan harga komoditas primer andalan Indonesia seiring melemahnya perekonomian global. Sehingga turut melemahkan kontribusi ekspor pada PDB.

Proses hilirisasi di sektor pertambangan, yang sudah tingkatkan nilai malah ekspor Indonesia, diperkirakan masih dapat memberikan dampak positif didalam beberapa tahun mendatang. Namun, di lain segi Faisal termasuk mendorong agar pemerintah melakukan diversifikasi pasar dan kurangi ketergantungan ekspor pada komoditas agar ekspor Indonesia berharga malah tinggi dan tumbuh lebih stabil didalam jangka panjang.

Dalam kurun kala 12 tahun, umumnya pangsa pasar ekspor Indonesia meraih 75%, terfokus pada 13 negara obyek utama, di mana 62% di antaranya berada pada pasar China, Amerika Serikat, Jepang, Singapura, India, dan Malaysia. Ketergantungan yang tinggi pada ekspor ke satu negara dan product spesifik menjadikan kinerja perdagangan rentan pada guncangan eksternal.

Di segi domestik, mengonsumsi tempat tinggal tangga diperkirakan relatif stabil tapi condong melemah marjinal. Potensi menurunnya upah riil group menengah akibat pelemahan kesibukan ekonomi di sektor-sektor penyerap banyak tenaga kerja seperti manufaktur, pertanian, dan perdagangan sebagai imbas penurunan permintaan berasal dari negara mitra dagang utama yaitu China mampu memperlambat mengonsumsi kelas menengah tersebut.

Sementara itu, pengeluaran berkaitan pesta demokrasi diperkirakan dapat memberikan dampak sementara pada mengonsumsi domestik. CORE Indonesia memprediksi pemilu dapat berkontribusi sebesar Rp294,5 triliun pada PDB.

Di samping itu, perkembangan ekonomi berasal dari segi mengonsumsi termasuk dapat ditopang oleh inflasi yang diprediksi tetap rendah pada rentang 2%-3%. Inflasi tidak dapat menghindar laju mengonsumsi tahun depan kecuali berjalan lonjakan inflasi pada makanan volatil. Beberapa insentif fiskal yang digelontorkan pemerintah seperti PPN DTP 100% untuk pembelian tempat tinggal komersial kurang berasal dari Rp2 miliar, dan juga anggaran bansos dan subsidi yang relatif stabil dinilai dapat merawat energi membeli masyarakat.

Dari segi investasi, CORE memproyeksi para investor condong dapat wait and see hingga ada kepastian hasil penyelenggaraan pemilu, agar arus masuk investasi baru dapat condong tertahan setidaknya hingga tiga kuartal pertama tahun depan.

Namun, investasi untuk peningkatan kapasitas memproduksi usaha yang sudah eksis, seperti di sektor industri manufaktur dan jasa-jasa diperkirakan relatif tidak dapat terbujuk oleh kontestasi politik.

Perlambatan ekonomi world 2024 termasuk dapat berdampak pada kinerja investasi. Pelemahan ekspor barang-barang manufaktur berpotensi menghindar ekspansi usaha industri yang berorientasi ekspor. Sementara itu, industri manukfatur yang berorientasi pasar domestik diperkirakan masih dapat tetap ekspansif.

Di balik semua tantangan itu, hilirisasi diperkirakan mampu menghindar perlambatan investasi di tahun politik. Menurut Faisal minat investor untuk berinvestasi di sektor hilirisasi makin meningkat dan dapat konsisten berlanjut di 2024 ini.

Program hilirisasi sudah menjadi penopang perkembangan investasi hingga kuartal tiga tahun 2023. Bahkan, berhasil tingkatkan investasi segera sektor sekunder secara tahunan sebesar 23% pada kuartal tiga tahun 2023.

Pada tahun 2024, program hilirisasi diprediksi dapat konsisten mendorong perkembangan investasi segera dan penanaman modal tetap bruto (PMTB), melalui perluasan hilirisasi seperti gasifikasi batubara, pembangunan smelter bauksit, smelter tembaga, pabrik pupuk, dan pembangunan pabrik sel baterai kendaraan listrik